Sabtu, 30 April 2016

Sukses Budidaya Burung Walet Part I

Harga yang mahal dan bernilai ekonomis yang tinggi itulah sarang burung walet. Di pasar internasional kebutuhan akan sarang burung walet sangatlah tinggi bahkan masih kekurangan, apabila kita dapat mengelola dan membudidaya sarang burung walet maka sangatlah menjanjikan sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Gambar Sarang Walet

Sarang burung walet memiliki banyak sekali khasiat untuk kesehatan, diantaranya untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga. Ada beberapa langkah yang perlu dipenuhi untuk budidaya sarang walet, yaitu :

A. Lokasi/lingkungan sarang walet
Ada beberapa syarat dalam menentukan lokasi budidaya sarang burung walet diantaran :
  1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
  2. Daerah yang terpencil jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
  3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging seperti burung hantu.
  4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat 

B. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya sarang burung walet, diperlukannya keadaan gedung yang mirip seperti gua-gua alami seperti suhu, kelembaban dan penerangan berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.

Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
  • Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
  • Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
  • Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
  • Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
  • Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Pada umumnya pembangunan sarang burung walet seperti bangunan gedung biasanya dengan ukuran besar, memiliki luas bervariasi dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2. Perlu diperhatikan semakin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Satu lagi yang cukup penting rumah sarang burung walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.

Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen dapat disiram air setiap hari.

Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada kerangka atap dan sekat dibuat dari kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan dimana burung walet banyak mengitari bangunan, untuk memancing agar lebih banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti menyiapkan mesin pemanggil  yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga kecil dengan membuat tumpukan jerami.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru.Agar burung sriti mau bersarang di gedung tersebut diperlukannya pemancingan dengan cara memutar kaset rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan sekitar pukul 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Penetasan telur burung walet memiliki peranan sangat baik upaya memperbanyak populasi burung walet. Telur dapat diperoleh ketika peternak sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Panen buang telur yaitu pengambilan sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk penetasan telur perlu diperhatikan beberapa ketentuan :
a. Pemilihan Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
  • Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
  • Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
  • Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :
  • kantung udara yang relatif kecil.
  • Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
  • Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah.
Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.

b. Membawa Telur Walet
Letak atau jarak ketika membawa telur telur memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.
Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3. Penetasan Telur Walet
a. Penetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet. Untuk menghindari kerusakan dan pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan menggunakan sendok pelstik atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya.
Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan

b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.

Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap.  \
Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.

Bersambung ke part II

Share this